sejarah
Awal Sejarah Desa Temukus dimulai dari Ida Bhatara dari Majapahit mengurus anak serta menantu dan cucunya untuk melakukan perjalanan ke Bali melihat kadaan Bali saat itu. Anak tersebut melaksakan tugas dari ayahnya yaitu Ida Bhatara dari Majapahit. Dari majapahit ke Bali dengan sampan. Beliau mendarat di Gilimanuk, ditengah perjalanan melihat keadaan bali barat yang tandus, sepi masyarakat tidak ada yang sembahyang ke pura , akhirnya beliau bertemu dengan pemangku, beliau menanyakan kenapa daerah tersebut tandus, dan sepi serta kenapa tidak ada masyarakat yang sembahyang ke pura Pengeki.
Di jawab oleh pemengku tersebut bahwa di Pura itu ada Detia atau Raksasa bejumlah 4. 2 laki-laki dan 2 perempuan. Akhirnya anak dari Ida Bhatara dari Majapahit memutuskan untuk kepura tersebut untuk melihat raksasa-raksasa tersebut. Sesampainya di pura tersebut beliau melihat raksasa tersebut mengamuk dan menyuruh beliau pergi dan tidak boleh melakukan persembahyangan di Pura tersebut. Hal itu membuat itu membuat anak dari Ida Bhatara mengutuk ( memastu ) 4 raksasa tersebut menjadi manusia. Setelah menjadi manusia raksasa tersebut meminta maaf kepada anak dari Ida Bhatara dan berjanji akan menyuruh masyarakat untuk bersembahyang di pura Pengeki.
Setelah hampir 1 minggu di Desa tersaebut anak dari Ida Bhatara tersebut meminta ijin untuk melanjutkan ke arah timur untuk melihat keadaan pulau Bali yang lainnya. Namum tidak di setujui oleh pemangku, akhirnya beliau memotong rambutnya untuk di taruh ( disungsung ) di pura tersebut yang sekarang lebih di kenal dengan nama Pura Rambut Siwi.
Akhirnya beliau melanjutkan perjalanankan ke timur, di tengah Ia melihat sapi, kambing, kerbau,dan lain-lain mencari air ke hutan untuk minum dan sejak itu tersebut dengan desa penginoman. Beliu kemudian melanjutkan perjalanan semakin ketimur.
Beliau melihat tanaman lalang yang tinggi dan di balik itu nmuncul seekor naga yang menghadang perjalanan beliu. Naga tersebut berlari ke sebuah gua yang kemudian di ikuti kesana beliu menemukan tunjung bang ( tunjung berwarna merah ),namun secara tidak sadar anak beliau menghilang dan ditemukan dan diminta ngiring di pura pucak Melanting. Beliau merelakan anaknya kemudian melanjutkan perjalanan dan tiba Desa Temukus. Sesampainya di Karang Kripit ( karang upit ) beliau dipendak / dijemput oleh Teja Kukus beliau diajak berjalamn untuk melihat keadaan Desa tersebut.Teja Kukus dicari oleh ayahnya dan ditemui sedang beristirat bersama anak dari Ida Bhatara. Kemudian anak dari Ida Bhatara berbicara bahwa desa ini di beri nama Desa Temukus serta menyungsung sebuah Pura yaitu Pura Labuhan Aji.
Di jawab oleh pemengku tersebut bahwa di Pura itu ada Detia atau Raksasa bejumlah 4. 2 laki-laki dan 2 perempuan. Akhirnya anak dari Ida Bhatara dari Majapahit memutuskan untuk kepura tersebut untuk melihat raksasa-raksasa tersebut. Sesampainya di pura tersebut beliau melihat raksasa tersebut mengamuk dan menyuruh beliau pergi dan tidak boleh melakukan persembahyangan di Pura tersebut. Hal itu membuat itu membuat anak dari Ida Bhatara mengutuk ( memastu ) 4 raksasa tersebut menjadi manusia. Setelah menjadi manusia raksasa tersebut meminta maaf kepada anak dari Ida Bhatara dan berjanji akan menyuruh masyarakat untuk bersembahyang di pura Pengeki.
Setelah hampir 1 minggu di Desa tersaebut anak dari Ida Bhatara tersebut meminta ijin untuk melanjutkan ke arah timur untuk melihat keadaan pulau Bali yang lainnya. Namum tidak di setujui oleh pemangku, akhirnya beliau memotong rambutnya untuk di taruh ( disungsung ) di pura tersebut yang sekarang lebih di kenal dengan nama Pura Rambut Siwi.
Akhirnya beliau melanjutkan perjalanankan ke timur, di tengah Ia melihat sapi, kambing, kerbau,dan lain-lain mencari air ke hutan untuk minum dan sejak itu tersebut dengan desa penginoman. Beliu kemudian melanjutkan perjalanan semakin ketimur.
Beliau melihat tanaman lalang yang tinggi dan di balik itu nmuncul seekor naga yang menghadang perjalanan beliu. Naga tersebut berlari ke sebuah gua yang kemudian di ikuti kesana beliu menemukan tunjung bang ( tunjung berwarna merah ),namun secara tidak sadar anak beliau menghilang dan ditemukan dan diminta ngiring di pura pucak Melanting. Beliau merelakan anaknya kemudian melanjutkan perjalanan dan tiba Desa Temukus. Sesampainya di Karang Kripit ( karang upit ) beliau dipendak / dijemput oleh Teja Kukus beliau diajak berjalamn untuk melihat keadaan Desa tersebut.Teja Kukus dicari oleh ayahnya dan ditemui sedang beristirat bersama anak dari Ida Bhatara. Kemudian anak dari Ida Bhatara berbicara bahwa desa ini di beri nama Desa Temukus serta menyungsung sebuah Pura yaitu Pura Labuhan Aji.